Twitter: @FatinSL
Hub: @FatinLoverID

Cerita Fiksi: Fatin X Factor


Judul Cerita: Fatin X Factor
Penulis: @OrangMars
Sumber Cerita: Marsfiction
Tanggal terbit: 25 Juni 2013



‘Dream, Believe and Make It Happen’
Tau slogan itu? Yap! itu slogannya Agnes Monica. Artinya, ‘bermimpi, percaya dan jadikan itu nyata’. Tapi tau nggak sih? Ternyata ada sedikit orang yang mengalami kebalikan dari slogan itu. Mereka mendapati kenyataan, mencoba untuk percaya dan masih merasa dirinya sedang bermimpi. Dan orang-orang ini memulai semuanya nggak pake mimpi duluan. Melainkan, cuman modal ‘kepo doang’.
——————–
“Hah? X Factor? Lo mau ikut audisi X Factor? Hahaha..”

“Iya. Lo napa ketawa siihh??”

“Eh Tin! Lo itu harusnya ikut acara World Record tuh yang di trans 7. Itu lho yang host-nya om Deddy Mizwar.”

“Deddy Corbuzier woy!”

“Ya whatever-lahh..”

“Emang.. gue punya rekor apaan coba??”

“Hmmm.. Siswi SMA yang tidur dikelas selama 4 semester! Wuahahahahaha!”

“Sialannnnn…!! “

Tuuuuuuutttttt……………

Fatin memencet tombol telepon warna merah di ponselnya berkali-kali. Obrolan itu harus segera diakhiri. Suara ngakak Vina sudah mulai mengancam kestabilan pendengarannya. Vina orangnya emang gitu. Kalau lagi ngakak, kadang terlalu menjiwai. Matanya melotot, badannya menggelinjang, air ludahnya berterbangan hingga radius puluhan meter.

“Apa iya gue udah ditakdirin jadi pendekar?” Bisik Fatin pelan. Bibirnya manyun satu inci. Matanya kini tertuju pada seragam karate plus sabuk hitam yang menggantung di dinding kamar.

 ——————–

Hari ini hari Rabu. Dan bel baru saja berbunyi. Sekolah hari ini diawali dengan mata pelajaran matematika. Mata pelajaran yang sering bikin otak siswa kelas XI IPS 5 ini mengalami yang namanya reaksi kimia. Imbasnya, mereka akan mengeluarkan asap hitam dari kepala. Di jam berikutnya, mereka dihajar lagi dengan pelajaran akuntansi. Kalau sudah begini, tinggal tunggu mayat-mayat berseragam tampak bergelimpangan. Mereka yang berhasil bertahan, akan terserang mimisan ringan. Bukan dari hidung tapi dari pori-pori kepala. Bagi Fatin sendiri, deretan angka dan rumus-rumus itu seperti mantra tidur. Otak kirinya langsung ngantuk kalau sudah main hitung-hitungan. Meskipun, ya meskipun ayahnya seorang guru matematika.

Di kelas ini siswanya memang terkenal random. Selain Fatin yang suka tidur, Vina yang ngakaknya angker, ada lagi yang namanya Wawan. Siapakah Wawan?

Kalau ada makhluk yang tidak disukai Fatin selain ikan, maka itu adalah Wawan. Sumpah! Bukan! Wawan bukanlah sejenis hewan invertebrata apalagi tumbuh-tumbuhan yang merambat. Dia adalah seorang…., mari kita sebut saja psikopat asmara. Apa itu psikopat asmara?

Kalau ada istilah populer yang bilang ‘cinta jadi benci’ maka itulah Wawan. Dulu sih dia cinta mati sama Fatin. Gara-gara ditolak, dia jadi psikopat asmara. Facebook Fatin di-remove, twitter Fatin di-unfollow, di-block walau kadang-kadang masih suka nge-stalk. Nggak heran kalau Wawan berani bertaruh Fatin nggak bakal lolos audisi X Factor.

“Eh ikan Patin.. lo denger ye.. kalo lo bisa lolos audisi, gue bakal ke sekolah pake lipstik selama sebulan!” Ledek Wawan.

“Pake lipstik doang? Dari dulu mah elo emang udah pantes ” Fatin balik meledek.

Wawan hanya tersenyum kemudian mendekati Fatin.

“Pake Rok juga..” bisik Wawan sebelum berlalu pergi.

——————-

“Ris.. gue mau ikut X Factor.”

“X Factor itu apaan yak? Gank motor ??”

“Iiihh.. bukan Ris.. itu kompetisi nyanyi kayak Indonesian Idol.”

“ooo.. emang lo bisa nyanyi?”

“Hmm.. selain bisa tidur dan bernafas, gue juga bisa nyanyi Ris.”

“Ah gue nggak setuju!” Faris menaruh sendok dan garpu di atas piringnya yang sudah kosong.

“Loh? Kenapa?” Fatin memasang wajah heran. Nggak sabar nunggu kata-kata berikutnya dari mulut Faris.

“Sorry, gue harus buru-buru balik ke kelas. PR gue belum kelar”

Faris tak berbasa-basi lagi. Meninggalkan Fatin di kantin yang mulai sepi.

Fatin diam. Menopang wajahnya dengan kedua tangan di atas meja. Ia tak habis pikir. Tidak biasanya Faris bilang nggak setuju tanpa alasan yang jelas.

Tunggu dulu.. Sebelum lanjut, mari berkenalan dengan Faris. Sudah 4 bulan ini Fatin jadian dengan Faris. Dia siswa dari kelas IPA. Di kelasnya, Faris terkenal pinter, rajin, ganteng dan selalu minta ijin ke tolilet kalau kebelet. Sayangnya kekurangan Faris itu, dia suka lupa………….

“Neng..”

Saat masih melamun memikirkan tingkah aneh Faris, tiba-tiba Fatin dikagetkan  suara yang sudah tak asing lagi baginya. Ya, itu suara Pak De yang punya kantin.

“Eh Pak De.. ada apa pak?”

“Begini ya neng…. Faris itu…”

“Stop pak.. stop.. Aku lagi nggak mau ngomongin Faris pak.. pleasee…” potong Fatin.

“Iya.. tapi.. maksud saya, Faris itu..”

“Ngeselin kan pak? Jahat kan dia? Masa dia nggak ngebolehin aku ikut X Factor? Bapak tau X Factor kan? Atau jangan-jangan bapak mau ikut juga ya? Fatin memotong ucapan Pak De untuk yang kedua kalinya.

“Bukan.. bukan itu. Bapak mau bilang kalau Faris itu belum bayar nasi gorengnya neng..”

“Oh… ehh..hmm..” Fatin kebingungan.

“Astagfirullah! Pak! Liat! Kompornya terbang tuh!” Fatin tiba-tiba menunjuk ke arah dapur.

Pak De kaget. Ia berdiri dan menoleh ke arah yang ditunjukkan Fatin.

“Mana neng?”

“Neng??”

“NENGG???”

Fatin menghilang.

Dia melarikan diri.

Ya.. Itulah kelemahan Faris. Dia suka lupa bayar kalau habis makan.

 ———————

Pagi ini Fatin senyam-senyum di depan cermin kamarnya. Hari ini dia akan mengikuti audisi X Factor. Tak ada yang spesial dari penampilannya. Seragam sekolah berhijab dilapisi sweater belang-belang. Dia akan ke sekolah dulu pagi ini. Mengikuti beberapa pelajaran sebelum minta ijin dari sekolah. Fatin juga berharap bisa ketemu Faris. Meminta penjelasan untuk yang terakhir kalinya.

Waktu berjalan begitu lambat merambat. Akhirnya jam istirahat tiba. Fatin sudah mendapatkan ijin dari sekolah. Ibunya juga sudah datang dari tadi. Faris? Dia Entah dimana. Fatin tidak menjumpainya di kelas dan di kantin. Tak cukup waktu lagi untuk mencarinya. Fatin hanya bisa berharap Faris sudah berubah fikiran. Meskipun Fatin merasa sudah punya cukup dukungan dari keluarganya, tapi segaris senyum Faris sebelum berangkat audisi, tentu punya arti yang berbeda.

Detik pun menjadi menit. Menit demi menit menjadi putaran jam. Sekolah sudah bubar untuk hari ini. Faris menunggu dengan gelisah di kamarnya. Entah apa yang ada dipikirannya.

Sempat terlelap, Faris dikagetkan suara getaran dari atas meja. Ada nama Fatin yang berkedip-kedip di layar ponselnya.

“Hallo?”

“Ris.. aku lolos.. aku lolos,” jerit Fatin di seberang saluran telepon.

“Oh ya?” basa basi Faris.

“Iya! Empat jurinya bilang yes.”

Faris hanya diam. Perlahan-lahan menjauhkan ponsel dari telinganya.

“Ris? Hallo.. Ris??

Telepon terputus.

——————–

Hari ini hujan. Fatin duduk di hadapan Faris yang sedang asyik menyantap makan siangnya di kantin. Fatin hanya diam saja. Mencoba sabar menunggu Faris menyelesaikan ritual mengisi perutnya.

“Jadi gimana?” Faris membuka pembicaraan.

“Gimana apanya?”

“Ya, kelar audisi mau ngapain lagi?”

“Ooo.. habis ini pesertanya disaring lagi kok.”

“Lo pasti lolos.”

“Hahaha.. sok tau lo.”

“Lo bakal jadi juaranya Tin.”

“Ris.. Lo baik-baik aja kan? Kepala lo tadi nggak habis kebentur aspal kan?”

Faris tak menjawab. Ia menaruh sendok dan garpunya pelan-pelan.

“Ris.. gue emang pengen jadi penyanyi. Tapi gue nggak pernah mimpi Ris. Gue yaa.. gue yang ini. Yang suka kepo. Gue ikut audisinya cuman pengen tau doang. Pentas gue itu cuman di kamar mandi. Lo juga pernah bilang kan kalau suara gue itu aneh? Iya kan? Hahaha..”

“Justru aneh-nya itu yang bakal bikin lo menang.”

Fatin menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengeluarkan suara tawa yang tertahan.

“Gue takut lo menang Tin. Lo bakal jadi artis. Lo bakal terkenal. Gue takut kalau pada akhirnya gue cuman jadi sampah di kehidupan baru lo.”

“Heh! Lo kesurupan iblis apaan sih Ris?”

Faris hanya tersenyum. Tanpa kata-kata lagi, ia segera berlalu pergi. Punggungnya begitu cepat menghilang dibalik lalu lalang siswa-siswi lain. Dan kemudian……………

“Neng. Si Faris…..”

“Ah.. suara itu…” pekik Fatin dalam hati.

Benar saja. Pak De tiba-tiba sudah berdiri di samping Fatin.

“Pak! Lihat! Kompor terbang kemaren balik lagi pak!” Fatin dengan mimik serius menunjuk ke arah dapur.

Pak De kaget. Lagi-lagi dengan spontan ia berlari ke arah dapur.

“Nggak ada neng.”

“Neng?”

“Neng??”

 ——————–

7 Bulan kemudian……

“Dan pemenang X Factor season pertama adalah……..” Robby Purba, host ternama X Factor kembali mengulang kata-kata itu entah untuk yang keberapa kalinya. Semua penonton di studio dan di rumah dibuat tegang. Warung-warung, mall, rumah sakit, sampai pos satpam begitu mencekam. Ada penonton yang terserang diare, mimisan, bahkan mendadak panuan saking tegangnya.

“Fatin selamat! Kamu menjadi juara X Factor season pertama!!!” Teriak Robby Purba histeris.

Suasana pecah. Sorak sorai membahana. Ketegangan mencair. Fatinistic saling berpelukan, jomblo-jomblo nembak gebetan, Ibu-ibu hamil melahirkan, yang tadinya musuhan jadi baikan, yang udah lama putus minta balikan, dan para banci melakukan pertobatan.

 ——————–

Fatin memasuki gerbang sekolah untuk yang pertamakalinya sejak 7 bulan terakhir. Para wartawan tampak berebutan menggambil foto. Guru-guru dan para siswa sudah ramai menunggu di halaman. Ada yang membawa spanduk, poster, atau hanya selembar kertas bertuliskan, ‘Polbek Eaa qAqA’.

Mata Fatin kemudian menjelajahi setiap sudut bangunan sekolah yang dirindukannya. Sorak sorai ini terlalu asing baginya. Ini masih seperti mimpi. Orang-orang yang dulu hanya bisa mengejek, kini sibuk memuji. Yang dulunya meremehkan, sekarang mengelu-elukan.

Dari kejauhan, Fatin melihat Faris menatapnya di antara kerumunan. Mata mereka bertemu dan sejajar. Saling menunggu siapa yang tersenyum duluan. Meski pada akhirnya, mereka malah tersenyum berbarengan. Senyuman yang mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja.

Dan tiba-tiba…..

Fatin di kagetkan dengan seorang siswi yang berlari brutal ke arahnya. Lipstiknya tebal. Sepatunya pink. Roknya tidak simetris. Ingusnya bercucuran. Berlarian sambil menjerit histeris. Fatin menajamkan penglihatannya. Mencoba mengenali raut wajah yang sungguh tak asing lagi baginya.

“Wawan!??”, seru Fatin sambil memasang kuda-kuda.

“BUUGGHH!!!!”
———- T    A    M    A    T———-


Terimakasih kepada penulis : @OrangMars

25 Juni 2013

Cerita Fiksi ini hanyalah karangan semata dan bukan kejadian yang sebenarnya. Persembahan untuk Fatin Shidqia dan Fatinistic di seluruh dunia. Semoga terhibur.

0 komentar:

Best Blogspot Templates 2013